Maafkan aku ibu
bismillahirahmanirahim
siapa
diantara kawanku semua yang tidak punya ibu? saya yakin semua punya ibu, namun
yang menjadi perbedaan adalah ibumu masih hidup atau telah berpulang
kerahmatullah, itu perbedaanya, moga ibu kita diberi umur yang panjang oleh
Allah, agar kita bisa membaktikan diri untuknya..
sebuah kisah…
Kejadian
ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, tahun berapaan udeh lupa. Dan
sempat dipublikasikan lewat media cetak dan electronic. Ada seorang pemuda
bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup cool.
Setidaknya itu pendapat cewe2 yang kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari
kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah di promosikan ke
posisi manager. Gaji-nya pun lumayan.Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari
kantor. tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat
banyak teman2 kantor senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan cewe2
jomblo.
Bahkan
putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A
be. Dirumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian
kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering.
Rambutnya hanya tinggal sedikit dibagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya
sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini betul2
seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar
dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak lain
adalah Ibu kandung A Be. Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan
pekerjaan routine layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah,
pekerjaan dapur, cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga selalu
memberikan perhatian yang besar kepada anak satu2-nya A be. Namun A be adalah
seorang pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang cacat
menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya. Setiap kali ada teman
atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu
menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal.
“Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan.” jawab A be. Hal ini
sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu saja Ibunya sedih sekali.
Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang
keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai
dirinya. Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh
sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan
mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan
sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan
obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit
sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali). Hal ini membuat A be jadi BT
(bad temper) dan uring-uringan dirumah. Pada saat ia mencari sesuatu dan
mengacak-acak lemari Ibunya, A be melihat sebuah box kecil. Didalam box hanya
ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan
A be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran
usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah
menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam
dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah
mengepung rumah. Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak
dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun. Walau sudah usang, A be cukup dewasa
untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan
yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita
yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata A be menetes keluar
tanpa bisa di bendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, A be
langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan
tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang
Ibu-pun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. ” Yang
sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi”. Setelah sembuh, A
be bahkan berani membawa Ibunya belanja ke supermarket. Walau menjadi pusat
perhatian banyak orang, A be tetap cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik
perhatian kuli tinta
Teringat lagunya
ungu, doa untuk ibu,
kau memberikanku hidup
kau memberikanku kasih sayang
tulusnya cintamu, putihnya kasihmu
takkan pernah terbalaskan
hangat dalam dekapanmu
memberikan aku kedamaian
eratnya pelukmu, nikmatnya belaimu
takkan pernah terlupakan
kau memberikanku kasih sayang
tulusnya cintamu, putihnya kasihmu
takkan pernah terbalaskan
hangat dalam dekapanmu
memberikan aku kedamaian
eratnya pelukmu, nikmatnya belaimu
takkan pernah terlupakan
oh ibu terima kasih
untuk kasih sayang yang tak pernah usai
tulus cintamu takkan mampu
untuk terbalaskan
untuk kasih sayang yang tak pernah usai
tulus cintamu takkan mampu
untuk terbalaskan
oh ibu semoga tuhan
memberikan kedamaian dalam hidupmu
putih kasihmu kan abadi
dalam hidupku
memberikan kedamaian dalam hidupmu
putih kasihmu kan abadi
dalam hidupku
Keridhaan Allah
tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada
murka kedua orang tua. (HR. Al Hakim)
Seorang
sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan
dan persahabatanku?” Nabi Saw menjawab, “ibumu…ibumu…ibumu, kemudian ayahmu dan
kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu.”
(Mutafaq’alaih).
Sayup terdengar
lantunan ayat suci
membuatku
tersentak,
terjaga dari
mimpi.
Tanpa terasa
airmata turun perlahan,
Membasahi wajah
dan
sesak memenuhi
rongga dada.
Baru saja
kudengar,
Sapa dari Bunda
tercinta
yang menemuiku dlm
mimpi.
Yang tak bosan
mengingatkanku
untuk selalu
menjadi yg terbaik.,
Dalam perjalanan
hidupku
Untukmu Ibu …
Pengorbanan yang selama ini engkau berikan akan menjadi awal untuk perjuanganku
di muka bumi ini. semoga Allah Meridhaimu. Amin.